MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
"ASAS DAN PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN"
OLEH : HARIS MULYAWAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya,sehingga penyusunan
makalah dengan judul “Asas prinsip belajar dan pembelajaran” akhirnya dapat
terselesaikan dengan baik. Saya berharap dari isi makalah ini dapat dijadikan
suatu pedoman para guru untuk mengajar anak didiknya, sehingga pesan/materi
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Penyusunan makalah inipun dikerjakan
untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak H.Anshai A. M.Pd, Dosen Mata
kuliah Belajar Dan Pembelajaran.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga
penyusunan makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.
cirebon,25 maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................
1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................
1
B. RUMUSAN
MASALAH..................................................................................
2
C.
TUJUAN.............................................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................................
3
A.
PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN.................................... 3
B.
ASAS BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN.................................................... 3
C. PRINSIP BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN.............................................. 5
BAB III
PENUTUP..................................................................................................
15
A.
KESIMPULAN..................................................................................................
15
B.
SARAN..............................................................................................................
15
DAFTAR
PUSTAKA...............................................................................................
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada berbagai rumusan yang dikemukakan
orang dalam upaya menjawab pertanyaan dengan melihat pendidikan dari salah satu
aspek kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya
pandangan sosiologik melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain
mengartikan bahwa “Pendidikan adalah sebagai usaha mentransformasikan
pengetahuan dari generasi ke generasi” (Ishak, 2005:27). Pandangan lain di
lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan itu adalah sebagai usaha
pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi berikutnya. Sedangkan
pandangan Psikologik melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu,
antara lain mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu
secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat bahwa
pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen),
dan yang terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya
sebagai pembinaan usaha kader bangsa.
Dari uraian diatas kita dapat menarik
benang merahnya bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin
kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya
proses dari pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang
yang berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan
dalam masyarakat.
Nah, untuk mendukung hal tersebut
tentunya diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta
didik mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang
nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan
metode atau cara-cara yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik
secara personal maupun secara kelompok.
Dalam makalah yang akan kami paparkan
kali ini yaitu menganai Prinsip Belajar dan Pembelajaran yang nantinya akan
membantu seorang pendidik untuk lebih memahami dan lebih mengenal peserta
didiknya.
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan apa yang kita sampaikan
sebelumnya bahwa makalah ini akan membahas tentang Prinsip Belajar dan
Pembelajaran, maka yang akan menjadi rumusan masalahnya kali ini yaitu :
1. Apa Pengertian Belajar dan
Pembelajaran ?
2. Apa saja yang
menjadi Asas Prinsip Belajar dan Pembelajaran yang akan memotivasi siswa dalam
Proses Belajar di Kelas ?
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam
makalah ini adalah agar para pendidik mampu dan mengerti akan tugasnya sebagai
seorang pendidik yang baik dalam enyampaikan materi-materi ataupun bahan-bahan
yang akan di transformasikan kepada siswanya dengan memperhatikan beberapa
prinsip yang akan membantu dalam proses belajar mengajar dan bagaimana cara
menciptakan suasana kelas yang sesungguhnya dan yang di inginkan oleh siswa
agar dalam prosesnya dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan target yang
akan dicapai.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN
Belajar Merupakan Tindakan dan Perilaku
siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan yang dipelajari oleh siswa adalah keadaan alam, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang akan dijadikan bahan belajar.
Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis
suatu keadaan sehingga terjadi perubahan perilaku, dan perubahan tersebut tidak
dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena pertumbuhan
atau keadaan sementara. (Syaifuddin Iskandar : 2008 : 1.
Sedangkan pembelajaran/
instruksional adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga
memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran dengan menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang
akan mendukung pembelajaran itu nantinya.
B. ASAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
pengembangkan program pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut
adalah:
1. Lima prinsip
dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik
bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan
berkembang (right to life, continuity of life and to develop),
(d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan
terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
2. Belajar
bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
3. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
4. Yang bisa
membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
5. Untuk bisa
mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
6. Aktivitas
pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya
lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya
dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain,
saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan,
saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada
orang lain, saya kuasai.
7. John Holt
(1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan
hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b)
memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d)
melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e)
menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya,
(g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
8. Ada 9 konteks
yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi,
(c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat
dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f)
strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan
diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep
atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa
belajar).
9. Kata kunci
pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan
pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa
aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat
dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan
menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan
pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting,
guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya
dengan tes.
10. Pembelajaran yang memperhatikan
dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
11. Otak tidak sekadar menerima
informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain
dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
12. Otak kita perlu mengaitkan antara
apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan
cara kita berpikir.
13. Proses belajar harus
mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
14. Resiprositas (kebutuhan mendalam
manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi
yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
C. PRINSIP BELAJAR
DAN PEMBELAJARAN
Suatu pelajaran tidak akan berhasil
baik kalau tidak disertai dengan prinsip belajar yang efektif dari pihak
murid-murid. Sejak dahulu ahli-ahli pendidikan telah berusaha untuk menemukan
cara, prinsip, atau pendekatan dalam proses belajar untuk memperoleh hasil yang
diharapkan. Ahli-ahli psikologi pendidikan telah banyak jasanya dalam meneliti
dan menemukan prinsip-prinsip belajar yang dapat mempermanenkan hasil belajar.
Dalam proses perkembangannya ahli-ahli telah tampil mengemukakan pendapatnya
mengenai prinsip-prinip belajar.
1.
Alvin C. Eurich
A.C. Eurich dari Ford Foundation
menyimpulkan bahwa
a)
Apapun yang
dipelajari oleh murid, murid sendiri yang harus mempelajari. Tidak seorangpun
yang dapat melakukan kegiatan belajar untuknya.
b)
Setiap murid
belajar menurut tempo atau kecepatannya sendiri, dan untuk setiap kelompok
umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
c)
Seorang murid
belajar lebih banyak kalau setiap langkah segera diberikan penguatan.
d)
Penguasaan
penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih
berarti.
e)
Bila murid
diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, ia lebih terdorong un tuk
belajar; ia akan belajar dan mengingat lebih baik (L.K. Davies, 1971).
2.
Thorpe &
Schmuller
Mereka menyarankan lima prinsip belajar
yang utama, yang biasanya memperlancar dan cenderung lebih mempermanenkan hasil
belajar. Prinsip itu adalh sebagai berikut:
a)
Murid itu
timbul motivasi jika ia mempunyai harapan atau kebutuhan dalam kegiatan itu.
b)
Belajar itu
sesuai dengan tingkatan murid jika sesuai dengan kemampuan fisik dan intelek
murid.
c)
Belajar itu
dapat berpola jika murid itu dapat melihat hubungan yang bermakna antara
kegiatan dan tujuan
d)
Belajar itu
dapat dievaluasi jika murid mempunyai beberapa cara untuk mengetahui kemajuan
yang sedang dibuatnya.
e)
Belajar itu
terpadu dengan perkembangan pribadi-sosial jika murid itu mengalami pertumbuhan
dan penyesuaian diri yang memuaskan (Tyson & Carrol, 1970).
3. Ted W. Ward
& William A. Herzorg, Jr.
Menurut mereka,
belajar yang efektif tergantung pada:
a)
relevasi
tujuan-tujuan pendidikan dengan nilai-nilai sosial;
b)
penyesuaian
diri dengan karakteristik belajr murid-murid;
c)
penyesuaian
diri dengan harapan-harapan pedagogik dari murid-murid (Ward, Ted W. &
Herzorg, William A, Jr., 1974).
4. Nichols, D. G.
Dalam
makalahnya mengenai belajar efektif , Nichols mengemukakan prinsip belajar
semacam hipotesis dalam bentuk kalimat “jika maka” sebagai berikut:
Jika seorang
anak :
·
mempunyai suatu
ide mengenai apa yang akan dipelajari,
·
menerima
tujuan-tujuan ini sebagai suatu target belajar yang dapat diterima,
·
mengetahui dan
menilai akibat-akibat positif dalam mencapai tujuan-tujuan itu,
·
diberikan
tugas-tugas untuk dipelajari sesuai dengan kecakapannya,
·
menerima
balikan kemajuan yang beraturan menuju pada tujuan,
·
diberikan
bantuan secara individual berkenaan dengan kesulitan-kesulitan khusus yang dihadapinya,
·
menerima akibat
positif yang mendahului prestasi belajar.
MAKA anak itu akan belajar.
5. Carl Rogers
Berdasarkan pandangan student centered, Rogers menyimpulkan prinsip
belajarnya sebagai berikut:
JIKA
individu atau kelompok dihadapkan pada suatu masalah, seorang pemimpin yang
berpengaruh (catalyst leader) memberikan suatu suasana yang selalu
memberikan kemungkinan (pemissive atmosphere); tanggung jawab itu
betul-betuldilimpahkan kepada individu atau kelompok;
MAKA
·
tanggung jawab
dan analisis masalah yang memadai itu dibuat;
·
tuntunan
diri-sendiri yang bertanggung jawab akan terjadi, kreativitas, produktivitas
dan mutu hasil yang ditujukan akan unggul bila dibandingkan dengan metode-metode
lainnya;
·
moral dan
kepercayaan individu dan kelompok berkembang.
Ada banyak sekali teori dan prinsip
belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lain
memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai prinsip belajar tersebut
terdapat prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya
belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan cara mengajarnya. Adapun
prinsip-prinsip Belajar dan Pembelajaran yaitu :
1.
Perhatian dan
Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajr pengolahan informasi
terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan
Barliner, 1984 : 335). Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa
apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
Di samping perhatian, motivasi
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi adalah
tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat
dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan Barliner, 1984 :
372).
“Motivation is the concept we use when
describe the force action on or within organism to initiate and direct behavior””. Demikian
menurut H.L Petri (Petri, Herbert L, 1983:3). Motivasi dapat merupakan tujuan
dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu
tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan
intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat,
motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam
bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampian.
Motivasi dapat bersifat internal,
artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang
dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebaginya. Motivasi juga
dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh,
seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah
karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan Motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang
dilakukannya tetapi menjadi penyertanya, sebagai contoh, siswa belajar dengan
sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya
tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Naik kelas
dan mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
2. Keaktifan
Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang kita
terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut
teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan
sesuatu. Anak mampu untuk mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang
diperolehnya. Dalam proses belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi,
merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan
menarik kesimpulan.
Thorndike mengemukakan keaktifan siswa
dalam belajar dengan hukum “Law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa
belajar memerlukan adanya latihan-latihan. Dalam setiap proses belajar, siswa
selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam, mulai dari kegiatan
fisik yang mudah kita amati sampai pada kegiatan psikis yang susah untuk kita
amati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan maslaah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Para guru
memberikan kesempatan belajar kepada para siswa, memberikan peluang
dilaksanakannya implikasi prinsip keaktifan bagi guru secara optimal. Peran
guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah
peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis,
yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di
dalam kondisi yang ada (Sten, 1988 : 224). Hal ini berarti pula bahwa
kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari,
memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan
keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru di antaranya dapat melaksanakan
perilaku-perilaku berikut :
1) menggunakan multimetode dan
multimedia,
2) memberikan tugas secara
individual dan kelompok,
3) memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam
kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang),
4) memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang
jelas, serta
5) mengadakan tanya jawab dan
diskusi.
3. Keterlibatan
Langsung / Berpengalaman
Dalam Belajar yang menggunakan
pengalaman langsung, siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia
juga harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
Pentingnya keterlibatan langsung dalam
belajar dikemukakan oleh Jhon Dewey dengan “Learning by doing”. Belajar
sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa
secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah
(problem solving). Guru kapasitasnya hanya bertindak sebagai pembimbing dan
fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar
jangan diartikan sebagai keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu
terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan
kognitif dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan
internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan juga pada saat mengadakan
latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan
perlunya pengulangan barang kali yang paling tua adalah yang dikemukakan oleh
teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya
yang ada pada manusia yang terdiri atas daya pengamat, menanggap, mengingat,
menghayal, merasakan, berfikir dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan
maka daya-daya tersebut akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu
diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan mengadakan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna. Penguasaan secara penuh dari setiap
langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti (Davies, 1987 :
32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran
siswa untuk bersedia mengerjakan latihan-latihan yang berulang untuk satu macam
permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa tidak merasa bosan dalam melakukan
pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi
prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi,
mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau
menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa sejarah.
5. Tantangan
Dari teori Medan yang dikemukakan oleh
Kurt Lwewin, bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau
lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempelajari bahan
belajar tersebut.apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah
tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan yang baru pula,
demikian seterusnya.
Agar anak timbul motif yang kuat untuk
mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi oleh siswa dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung maslaah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran
yang memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip,
dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep dan generalisasi tersebut.
Penggunaan metode eksperimen, inquiry,
discovery juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat
dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa
dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
6. Umpan Balik dan
Penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan
umpan bailk dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant
Conditionong dari B.F. Skinner. Kalau pada teori Conditionong yang
diberikan kondisi adalah stimulusnya, maka pada Operant Conditioning yang
diperkuat adalah responsnya. Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila
mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil, apalagi hasil yang baik,
akan merupakan umpan balik yang menyenangkan dan berpengaruh baik untuk
usaha belajar selanjutnya. Namun dorongan belajar itu menurut B.F. Skinner
tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak
menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif ataupun negatif dapat
memperkuat belajar (Gage dan Barliner, 1984:272).Sebagai contoh siswa yang
belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan,
maka nilai yang baik akan mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi.
Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan
merasa takut tidak naik kelas. Karena takut tidak naik kelas, maka anak
tersebut terdorong untuk belajar lebih giat lagi. Dalam hal ini nilai buruk dan
rasa takut akan mendorong anak tersebut untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut dengan penguatan negatif dan di sini siswa mencoba untuk menghindar
dari peristiwa yang tidak menyenangkan. Format sajian dapat berupa tagnya
jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara
belajar terjadinya umpan balik dan penguatan.
7. Perbedaan
Individual
Siswa merupakan individual yang unik
artinya tidak ada dua orang yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan
satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis,
kepribadian, dan sifat-sifatnya.
Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang
berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah, setiap siswa belajar menurut
tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat variasi
kecepatan belajar (Davies, 1987 : 32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan
siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar
bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa
di antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar,
atau memilih bahwa implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat
berupa perilaku fisik maupun psikis.
Perbedaan individual ini berpengaruh
pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu
diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal
yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individu.
Umumnya proses pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu
dengan kemampuan yang rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian
pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran yang klasikal yang
mengabaikan perbedaan individu dapat diperbaiki dengan berbagai cara. Antara
lain dengan penggunaan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi
sehingga perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media
instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara
belajar. Usaha lain untuk memperbaiki pembelajaran klasikal adalah dengan
memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai,
dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang. Disamping itu
dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa, sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan
berhasil dalam di dalam pembelajaran.
Setiap guru
tentunya harus menyadari bahwa menghadapi banyak siswa di dalam suatu kelas
berarti menghadapi berbagai macam keunikan atau karakteristik. Konsekuensinya
adalah guru harus mampu menghadapi dan melayani setiap siswa dengan
karakteristik mereka masing-masing. Implikasi prinsip perbedaan individual bagi
guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
a. Menentukan
penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa
sesuai dengan karakteristiknya
b. Merancang
pemanfaatan berbagai media dalam menyaksikan pesan pembelajaran
c. Mengenali
karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perilaku
pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan
d. Memberikan
remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas, dapat menarik kesimpulan antara
lain :
1. Bahwa Belajar Merupakan
Tindakan dan Perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri.
2. Salah satu tugas guru adalah
mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu tidak boleh sembarangan.
3. Proses Mengajar harus dijalankan
sesuai dengan prinsip yang ada sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang di
nginkan bersama.
B. SARAN
Dalam melaksanakan Proses Belajar dan
Mengajar di kelas, sebaiknya sebagai calon pendidik, kita harus bisa
menjelaskan prinsip belajar, menerapkannya dalam upaya meningkatkan kualitas
kita sebagai calon pendidik dan juga menciptakan suasana yang akan menjadikan
siswa lebih nyaman dalam menerima bahan ajar yang akan kita berikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyanti, Dr dan Mudjiono, Drs . Belajar dan
Pembelajaran. 2002 Rineka Cipta & Departemen Pendidikan &
Kebudayaan.
Syaifuddin Iskandar, DR, M.Pd, Materi Mata
Kuliah Belajar dan Pembelajaran. 2008 Universitas Samawa
Sahabuddin,
2007.Mengajar dan Belajar. Makassar
Pada bagian ini diuraikan 14 asas
pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program
pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:
- Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the opinions of children).
- Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.
- Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.
- Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
- Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.
- Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.
- John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a) mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g) menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
- Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar (sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan yang bagaimana siswa belajar).
- Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
- Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih kuat.
- Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.
- Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan dengan cara kita berpikir.
- Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)
- Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama) merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BELAJAR SERTA ASAS DAN PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Belajar merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang ada pada peserta didik setelah melakukan pendidikan.
Perubahan tersebut berupa perubahan tingkah laku, kedewasaan, pengalaman,
maupun pemikirannya. Sehingga pendidikan begitu banyak memberikan pengaruh
terhadap peserta didik. Sehingga banyak sekali faktor yang mempengaruhi proses
belajar dan pembelajaran, salah satunya adalah faktor lingkungan.
Dalam pembelajaran juga memerlukan
proses-proses tertentu, yang mana proses tersebut dapat menunjang jalannya
sebuah pembelajaran yang efektif dan efesien. Sehingga seorang guru harus
memahami betul tentang bagaimana proses persiapan, pendekatan maupun proses
lainnya terhadap peserta didik. Dengan begitu guru harus mengetahui kepribadian
peserta didik untuk memudahkan proses pembelajarannya.
Begitulah peran seorang guru dalam
sebuah pendidikan. Dimana guru di tuntut untuk menjadi seseorang yang
berpenampilan maupun berperilaku cakap.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa
sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar dan pembelajaran?
2. Apa
sajakah proses yang ada dalam belajar dan pembelajaran?
3. Apa
sajakah asas belajar dan pembelajaran itu?
1.3 Tujuan
Masalah
1. Mampu
mengetahui dan memahami factor-faktor yang mempengaruhiproses belajar dan
pembelajaran
2. Mampu
mengetahui dan memahami proses yang ada dalam belajar dan pembelajaran
3. Mampu
mengetahui dan memahami asas belajar dan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kegiatan
Pembelajaran PAI
Jika ada
guru yang mengatakan bahwa dia tidak ingin berhasil dalam mengajar, adalah
ungkapan orang yang sudah putus asa dan jauh dari kepbribadian seorang guru.
Mustahil setiap guru tidak ingin berhasil dalam mengajar. Apalagi jika guru tersebut
hadir dalam dunia pedidikan bedasarkan tuntutan hati nurani. Panggilan jiwanya
pasti merintih atas kegagalan mendidik dan membina anak didiknya.
Dalam pengembangan kegiatan
pembelajaran PAI harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh dalam kegiatan
pembelajaran. Karena itu berpengaruh besar terhadap keberhasilan pembelajaran
dalam mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adapun faktor-faktor tersebut
antara lain:
· Faktor Ekstern:
Faktor ekstern adalah faktor yang
berasal dari luar diri individu yang belajar, yang meliputi faktor sosial,
budaya, lingkungan fisik dan lingkungan spiritual atau keagamaan.
a. Bahan atau Hal yang Dipelajari Siswa
Bahan yang dipelajari akan menentukan
bagaimana proses belajar terjadi, bagaimana hasil yang dapat diharapkan, cara
pembelajaran serta waktu yang digunakan.
b. Faktor Lingkungan
1) Lingkungan
alami: Mencakup keadaan suhu, kelembaban udara, dll. Kondisi alam juga
berpengaruh dalam keberhasilan suatu pembelajaran.hal ini bisa di lihat ketika
seorang pelajar belajar di pagi hari, dalam keadaan udara yang segar,
sejuk, akan lebih baik hasilnya
daripada belajar dalam kondisi uadara
yang sangat panas dan pengap.
2) Lingkungan
sosial: berwujud manusia maupun representasinya. Baik itu dalam lingungan
keluarga, sekolah, maupun masyarakatnya.
3) Faktor
keluarga: termasuk di dalamnya yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
adalah cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan
keluarga.
4) Faktor
sekolah: termasuk di dalamnya antara lain adalah metode mengajar, kurikulum,
hubungan guru dengan siswa ataupun sebaliknya, disiplin sekolah, alat pelajaran,
waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar siswa, dll.
5) Faktor
masyarakat: termasuk didalamnya antara
lain adalah bentuk-bentuk masyarakat, media massa( tv, radio, bioskop,
dll), kegiatan siswa di masyarakat, teman bergaul baik disekolah ataupun diluar sekolah.
6) Lingkungan
budaya: adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi, kesenian, dll.
7) Lingkungan
fisik: fasilitas rumah dan fasilitas belajar.
8) Lingkungan
spiritual atau keagamaan, seperti lingkungan yang taat beragama atau yang tidak
taat pada agama.
c. Faktor Instrumental:
Faktor instrumental adalah faktor yang
adanya dan pengaruhnya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor ini berfungsi sebagai sarana tercapainya tujuan yang telah dirancang dan
berwujud perangkat keras (gedung sekolah, ruang belajar, alat praktikum,
pedoman belajar, kurikulum, dsb.
· Faktor Intern
Faktor Intern adalah faktor yang
berasal dari dalam atau ada pada diri individu yang belajar, meliputi faktor
fisiologis ( jasmaniah), psikologi dan kelelahan.
a. Kondisi
Fisiologis (jasmaniah): Kondisi fisik dan indra peserta didik yaitu faktor
jasmaniah baik yang bersifat bawaan
maupun yang diperoleh dari luar. termasuk didalamnya adalah kesehatan dan cacat
tubuh.
b. Kondisi
Psikologis: yaitu
faktor yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh, terdiri atas:
1. Faktor
intelektif, yang meliputi kecerdasan, bakat, dan prestasi yang dimiliki.
2. Faktor
non intelektif, yang meliputi unsur-unsur kepibadian tertentu, yaitu: sikap,
kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi,
emosi, dan penyesuaian diri.
3. Faktor
kelelahan, yaitu faktor yang berhubungan dengan kelelahan fisik dan kelelahan
psikis.
2.2. Prinsip-Prinsip
Belajar dan Pembelajaran
Dalam upaya pembelajaran pendidikan agama
Islam yang efektif dan efisien, hal penting yang perlu diperhatikan adalah
prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran. Karena dari konsep ini kita akan
mengetahui langkah-langkah apa yang selanjutnya kita kembangkan dalam kegiatan
pembelajaran ke depannya. Adapun prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Prinsip Belajar:
a. Belajar
berlangsung seumur hidup
Belajar merupakan proses perubahan perilaku peserta didik
sepanjang hayat (long life education) dari mulai buaian ibu sampai
menjelang masuk ke liang lahat (minal lahdi ilallahdi) yang berlangsung
tanpa henti, serasi dan selaras dengan periodesisasi tugas perkembangannya
pesrta didik.
b. Proses
belajar adalah kompleks, tetapi terorganiser
Proses belajar banyak aspek yang mempengaruhinya, antara
lain: kualitas dan kuantitas peserta didik dengan segala latar belakangnya yang
kesemuanya diorganisasikan secara terpadu dan sistematis dalam rangka mencapai
tujuan belajar.
c. Belajar
berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
Proses pembelajaran disesuaikan dengan tugas perkembangan
dan tingkat kematangan peserta didik baik secara fisik maupun secara kejiwaan
dari mulai bahan ajar yang sederhana menuju bahan ajar yang kompleks.
d. Belajar
dari mulai yang faktual menuju konseptual
Proses pembelajaran merupakan proses yang sistematis dan
integratif, dimana penyajian bahan ajar disesuaikan dengan tingkat kemampuan
peserta didik yang dimulai dengan bahan ajar yang bersifat faktual, yang mudah
diamati oleh panca indra menuju bahan ajar yang membutuhkan imajinasi berfikir
tingkat tinggi (konseptual).
e. Belajar
mulai dari yang kongkret menuju yang abstrak
Proses pembelajaran berkembang sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta didik dari mulai bahan ajar yang mudah diamati secara
nyata atau kongkrit menuju proses pembelajaranyang memerlukan daya nalar yang
imajinatif, proyektif dan prospektif.
f. Belajar
merupakan bagian dari perkembangan
Proses pembelajaran merupakan mata rantai perjalanan
kehidupan peserta didik. episode perkembangan peserta didik harus diisi dengan
berbagai pengalaman yang bermakna.
g. Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor bawaan,
lingkungan, pematangan, serta usaha keras peserta didik sendiri.
h. Belajar
mencakup semua aspek kehidupan yang bermakna, dalam rangka membangun manusia
yang seutuhnya dan bulat, baik dari sisi agama, ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya,dan ketahanan.
i. Kegiatan
berlangsung pada setiap tempat dan waktu,
baik dalam lingkungan keluarga (home schooling), sebagai pendidikan awal
(tarbiyatul ula) bagi lingkungan masyarakat (non formal education),
dan lingkungan sekolahnya (formal education).
j. Belajar
berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Proses pembelajaran di abad modern ini, guru bukan
satu-satunya sumber belajar tapi masih banyak sumber belajar lainnya.
k. Belajar
yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
l. Dalam
belajar dapat terjadi hambatan – hambatan lingkungan internal, seperti hambatan
fisik dan psikis(psikosomatis), dan eksternal seperti faktor lingkungan.
m.
Kegitan belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain,
mengingat tidak semua bahan ajar dapat dipelajari sendiri. Dengan bimbingan
peserta didik akan mampu berefleksi untuk berkaca diri (self mirror
instropekksi), memahami diri (self understanding), mengenahi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, menerima diri (self acceptance)
atau menolak diri (self rejection), memgarahkan diri (self direction),
mengembangkan diri (self development) dan menyesuaikan diri (self
adjustment).
2. Prinsip Pembelajaran
a. Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Yaitu kondisi fisik-psikis individual yang memungkinkan
subyek dapat melakukan belajar. Oleh karena itu agar dapat belajar dengan baik
maka dalam proses pembelajaran harus bahan dan tugas yang diberikan disesuaikan
dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.
b. Prinsip
motivasi
Motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang
menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.jika dalam diri
peserta didik memiliki motivasi maka dia akan bersungguh-sungguh dalam belajar.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap
penting oleh kehidupannya. Perbahan nilai yang dianut akan mengubah tingkah
laku manusia dan motivasinya. Karenanya bahan-bahan pelajaran yang disajikan
hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Berdasarkan
sumbernya motivasi terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
1) Motivasi
Instrinsik: motivasi yang datang dari dalam diri peserta didik.
2) Motivasi
ekstrinsik: motivasi yang datang dari lingkungan di luar diri peserta didik.
Oleh karena itu dalam pengembangan
pembelajaran pendidikan agama Islam yang perlu diupayakan adalah bagaimana agar
dapat mempengaruhi dan menumbuhkan motivasi tinggi pada diri peserta didik
dengan metode- metode pembelajaran yang menarik.
c. Prinsip
perhatian
Perhatian merupakan suatu strategi kognitif yang mencakup
4 ketrampilan, yaitu:
§ Berorientasi pada
satu masalah
§ Meninjau sepintas
isi masalah
§ Memusatkan diri
pada aspek-aspek yang relevan
§ Mengabaikan
stimuli yang tidak relevan.
Dalam proses pembelajaran, perhatian
merupakan faktor yang besar pengaruhnya. Semakin tinggi perhatian peserta
didik, maka semakin baik pula peserta didik untuk dapat menerima apa yang
disajikan atau atau dipelajari.
d. Prinsip
persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang bersifat kompleks yang
menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari
lingkungannya. Oleh karena itu dalam pengembangan pembelajaran pendidikan agama islam yang perlu
diperhatikan adalah:
1. Makin
baik persepsi mengenai sesuatu, makin mudah peserta didik belajar mengingat sesuatu.
2. Dalam
pembelajaran perlu dihindari persepsi yang salah, karena akan memberikan
pengertian yang salah pula pada peserta didik tentang apa yang dipelajari.
3. Dalam
pembelajaran perlu diupayakan berbagai sumber belajar yang dapat mendekati
benda sesungguhnya untuk memperoleh persepsi yang lebih akurat.
e. Prinsip
retensi
Retensi yaitu apa yang tertinggal dan dapat diingat
kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu.oleh karena itu dalam kegiatan
pembelajaran hendaknya isi materi yang berikan jelas, ringkas dan bermakna
untuk lebih mudah di ingat peserta didik.
f. Prinsip
Transfer
Transfer merupakan suatu proses dimana sesuatu yang
pernah dipelajari dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari sesuatu yang
baru. Oleh krena itu dalam pengetahuan atau ketrampilan yang diajarkan oleh
sekolah di harapkan dapat dipakai untuk memecahkan masalah yang dialami dalam
kehidupan sekarang dan masa depan.
2.3 Asas-Asas Belajar dan Pembelajaran
Sesuai dengan Undang-Undang sistem
pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Perubahan perilaku dalam belajar
mencakup seluruh aspek pribadi pserta didik, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
1. Indikator
Aspek Kognitif (pengetahuan)
Indikator aspek kognitif mencakup:
a. Ingatan atau pengetahuan (knowlage), yaitu
kemampuan yang mengingat bahan yang telah dipelajari.
b. Pemahaman
(comprehension), yaitu kemampuan menangkap pengertian,
menterjemahkan dan menafsirkan.
c. Penerapan
(application), yaitu kemampuan menggunakan bahan yang telah dipelajari
dalam situasi baru dan nyata.
d. Analisis
(analisys), yaitu kemampuan menguraikan, mengidentifikasi dan
mempersatukan bagian yang terpisah, menghubungkan antar bagian guna membangun
suatu keseluruhan.
e. Sintesis
(synthesis), yaitu kemampuan menyimpulkan, mempersatukan bagian yang
terpisah guna membangun suatu keseluruhan, dan sebagainya.
f. Penilaian
(evaluation), yaitu kemampuan mengkaji nilai atau harga sesuatu, seperti
pernyataan atau laporan penelitian yang didasarkan pada suatu kriteria.
2. Indikator
Aspek Afektif (sikap)
Indikator
aspek afektif mencakup:
a. Penerimaan
(receiving), yaitu kesediaan untuk menghadirkan dirinya untuk menerima
atau memperhatikan pada suatu perangsang.
b. Penanggapan
(responding), yaitu keturut sertaan, memberi reaksi, menunjukkan
kesenangan memberi tanggapan secara sukarela.
c. Penghargaan
(valuing), kepeka tanggapan terhadap nilai atas suatu rangsangan,
tanggung jawab, konsisten, dan komitmen.
d. Pengorganisasian
(organization), yaitu mengintegrasikan berbagai nilai yang berbeda,
memecahkan konflik antar nilai, dan membangun system nilai, serta pengkonseptualisasian
suatu nilai.
e. Pengkarakterisasian,
yaitu proses afeksi di mana individi memiliki suatu system nilai sendiri yang
mengendalikan perilakunya dalam waktu yang lama yang membentuk gaya hidupnya,
hasil belajar ini berkaitan dengan pola umum penyesuaian diri secara personal,
social dan emosional.
3. Indikator
Aspek Pskimotor (keterampilan)
Indikator
aspek pskimotor mencakup:
a. Persepsi
(perception), yaitu pemakaian alat-alat perasa untuk membimbing
efektifitas gerak.
b. Keksiapan
(set), kesediaan untuk mengambil tindakan.
c. Respons
terbimbing (guide respons), yaitu tahap awal belajar keterampilan lebih
kompleks meliputi peniruan gerak yang dipertunjukkan kemudian mencoba-coba
dengan menggunakan tanggapan jamak dalam menangkap suatu gerak.
d. Mekanisme
(mechnisme), yaitu gerakan penampilan yang melukiskan proses di mana
gerak yang telah dipelajari, kemudian diterima atau diadopsi menjadi kebiasaan
sehingga dapat ditampilkan dengan penuh percaya diri dan mahir.
e. Respons
nyata kompleks (complex over respons), yaitu penampilan gerakan secara
mahir dan cermat dalam bentuk gerakan yang rumit, aktifitas motorik berkadar
tinggi.
f. Penyesuaian
(adaptation), yaitu keterampilan yang telah dikembangkan secara lebih
baik sehingga tampak dapat mengolah gerakan dan menyesuaikannya dengan tuntutan
kondisi yang khusus dalam suasana yang lebih problematis.
g. Penciptaan
(origination), yaitu penciptaan pola gerakan baru yang sesuai dengan
situasi dan masalah tertentu sebagai kreativitas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sesuai dengan pemaparan makalah diatas,
maka dapat kami simpulkan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelajaran PAI adalah sebagai berikut:
a. Faktor
ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri
individu yang belajar, yang meliputi faktor sosial, budaya, lingkungan fisik
dan lingkungan spiritual atau keagamaan.
b. Factor
intern
Faktor Intern adalah faktor yang berasal dari dalam atau
ada pada diri individu yang belajar, meliputi faktor fisiologis (jasmaniah),
psikologi dan kelelahan.
2. Prinsip-prinsip
belajar dan pembelajaran
Prinsip
belajar:
a) Belajar
langsung seumur hidup
b) Proses
belajar adalah kompleks, tetapi terorganisir
c) Belajar
berlangsung dari yang sederhana menuju yang kompleks
d) Belajar
mulai dari yang factual menuju yang konseptual
e) Belajar
mulai dari yang kongkrit menuju abstrak
f) Belajar
merupakan bagian dari perkembangan
g) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor bawaan,
lingkungan, pematangan, serta usaha keras peserta didik sendiri.
h) Belajar
mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna
i) Kegiatan
belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu
j) Belajar
berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru
k) Belajar
yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi
l) Dalam
belajar dapat terjadi hambatan – hambatan lingkungan internal, seperti hambatan
fisik dan psikis(psikosomatis), dan eksternal seperti faktor lingkungan
m) Kegiatan
belajar tertentu diperlukan adanya bimbingan dari orang lain
Prinsip
pembelajaran:
a) Prinsip
kesiapan
b) Prinsip
motivasi
c) Prinsip
perhatian
d) Prinsip
persepsi
e) Prinsip
retensi
f) Prinsip
transfer
3. Asas-asas
belajar dan pembelajaran
Perubahan perilaku dalam belajar mencakup seluruh aspek
pribadi pserta didik, yaitu aspek kognitif
(pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik
(keterampilan).
3.2 Saran
Setelah kita mengetahui tentang faktor,
prinsip, dan asas yang ada dalam belajar dan pembelajaran. Kita sebagai calon
generasi pendidik sebaiknya memahami betul akan faktor, prinsip, dan asas
tersebut, supaya mudah dalam membimbing, memahami dan mengarahkan peserta
didik, sehingga proses belajar dan pembelajaran dapat berjalan secara efektif
dan efesien.
Daftar Pustaka
Dr.
Dimyati, Drs. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta
Drs. Muhaimin,M.A.et.al. 2008.
Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT. Rosda Karya.
Dr. Nanang Hanafiah, M.M.Pd, Drs. Cucu
Suhana, M.M.Pd, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT. Refika
Aditama
Drs. Syaiful Bahri Djamarah, Drs. Aswan
Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Banjarmasin. PT Rineka Cipta

Tidak ada komentar:
Posting Komentar