“PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI PADA MASA REMAJA (SMA)”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan
Dosen Pembimbing :
Taufiqurrahman, MA
Disusun oleh :
Haris Mulyawan
2014. 17. 01989
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM BUNGA BANGSA
CIREBON
(IAI BBC)
2016-2017
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
psikologi anak adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai
hasil dari pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang
sedemikian rupa per- kembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya. Aspek– aspek perkembangan individu
meliputi psikologi fisik, intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
Perkembangan fisik meliputi pertumbuhan sebelum lahir dan pertumbuhan setelah
lahir. Intelektual (kecerdasan) atau daya pikir merupakan kemampuan untuk
beradaptasi secara berhasil dengan situas baru atau lingkungan pada
umumnya.
Dalam
makalah ini penulis membatasi penulisan makalah pada psikologi perkembangan
anak khususnya siswa fase remaja . Karena Masa remaja merupakan segmen
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.
Kami
disini akan menguraikanya dengan lebih detail lagi tentang apa yang dimaksud
dengan perkembangan psikologi pada masa remaja.
B.
Rumusan Masalah
1.Apa
pengertian Masa Remaja?
2.Aspek-aspek
apa saja yang mempengaruhi sikologis perkembangan remaja?
3.Apa
ciri –ciri kejiwaan dan psikologi pada remaja?
4.Psikologi
menyimpang apa saja yang dapat terjadi pada masa remaja?
5.Deskripsi
tengtang bagaimana perkembangan spikologi pada masa remaja ?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
1.Dapat
mengetahui pengertian masa remaja.
2.Dapat
mengetahui aspek-aspek psikologis perkembangan remaja.
3.Mengetahui
ciri –ciri kejiwaan dan psikologi pada remaja.
4.Dapat
mengetahui psikologi menyimpang pada masa remaja.
5.Deskripsi
tentang perkembangan psikologi pada masa remaja
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MASA
REMAJA
Masa remaja atau yang sering dikenal dengan istilah
“Adolesense” yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada ditingkat yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integritas dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek afaktif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual
yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integritas
dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan cirri khas yang
umum dari periode perkembangan ini.
Menurut hukum di Amerika Serikat ini, individu dianggap
telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, bukan 21 tahun seperti
sebelumnya. Perpanjangan masa remaja, setelah individu matang secara seksual
dan sebelum diberi hak serta tanggung jawab orang tua dewasa mengakibatkan
kesenjangan antara apa yang secara populer dianggap budaya remaja dan budaya
dewasa. Budaya kawula muda menekankan kesegaran dan kelengahan terhadap
tanggung jawab dewasa. Budaya ini memiliki hirarki sosialnya sendiri,
keyakinannya sendiri, gaya penampialannya sendiri, nilai-nilai dan norma
perilakunya sendiri.
Remaja
didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung, periode ini
umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik,
yaitu sekitar usia 20 tahun usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21
tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria .
Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan
teoritis pertama yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall “ adolescence is
a time of “storm and stress “. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan
“badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara
fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan
kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan
lingkungannya (Seifert & Hoffnung, Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik
Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik.
Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa
yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama.
Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang
terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan
kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya. Bila dikaji, kedua
pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami
kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh
konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami
kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus)
secara bergantian (fluktuatif).
“Menururt Hurlock, remaja awal (12/13 th – 17/18 th), remaja
akhir (17/18 th – 21/22 th) . WHO menyatakan walaupun definisi remaja utamanya
didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, namun batasan itu juga
berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu
remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun.”
B. ASPEK - ASPEK PERKEMBANGAN
PSIKOLOGI REMAJA
Semua
individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis
yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
1. PERKEMBANGAN FISIK
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak jelas
adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga mencapai bentuk tubuh
orang dewasa yang disertai dengan berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam
perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan
ciri-ciri seks sekunder
1.Hormon
– Hormon Seksual
Dalam
perkembangan hormon – hormon seksual remaja, ditandai dengan cirri-ciri yaitu
cirri-ciri seks rpimer dan sekunder.
a)
Ciri-Ciri Seks Primer
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat cepatnya
pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama dan kedua. Kemudian tumbuh secara
lebih lambat, dan mencpai ukuran matangnya pada usia 20 tahun. Lalu penis luai
bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostate semakin membesar.
Matangnya organ-organ seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar 14-15
tahun) mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, kematangan orga-organ
seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara cepat pada
masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama kalinya mengalami “menarche”
(menstruaasi pertama). Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala,
sakit punggung dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah
tersinggung.
b)
Ciri-Ciri Seks Sekunder
Pada remaja ditandai dengan tumbuhnya rambut pubik/bulu
kopak disekitar kemaluan dan ketiak, terjadi prubahan suara, tumbuh kumis dan
tumbuh gondok laki / jakun. Sedangakan pada wanita ditandai dengan tumbuh
rambut pubik/ bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah
dada danbertambah besarnya pinggul .
2)
Pubertas.
a)
Perubahan eksternal
b)
Perubahan internal
•Sistem
Pencernaan
Perut
menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus bertambah
besar, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
•Sistem
Peredaran Darah
Jantung
tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia 17-18 tahun beratnya 12 kali berat
pada waktu lahir.
•Sistem
Pernapasan
Kapasitas
paru-paru remaja perempuan hamper matang pada usia 17 tahun, remaja
laki-laki mencapai tingkat kematnagn beberapa tahun kemudian .
•Jaringan
Tubuh
Perkemngan
kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun Jaringan. Selain tulang
terusberkembang sampai tulang mencapai umuran matang, khususnya bagi
perkembangan jaringan otot.
2.PERKEMBANGAN PSIKIS
a)
Aspek Intektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja bermula pada
umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi terikat pada realitas fisik yang
konkrit, remaja mulai mampu berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan
abstrak dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat sebagai
satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi, misalnya aturan-aturan dari orang
tua, status remaja dalam kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan
padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin berubah.
Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini memungkinkan individu untuk berpikir
secara abstrak, hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan memberikan
peluang pada individu untuk mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal.
b)
Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam
hubungan sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma kelompok, moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini meliputi kepercayaan akan
diri sendiri, berpandangan objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan
lain-lain. Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang kemampuan untuk
memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik menyangkut sifat-sifat
pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk
bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau lingkungan masyarakat
baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini berkembangan sikap
cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran,
keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman sebaya) yang
menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya: taat
beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga beberapa remaja
yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman sebayanya, seperti :
mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan memiliki
penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk mereaksi secara tepat
terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyaraka t.
Berikut
ini ciri-ciri penyesuaian sosial remaja, diantaranya :
a.
Di lingkungan keluarga
•Menjalin
hubungan yang baik dengan orang tua dan saudaranya
•Menerima
otoritas orang tua (menaati peraturan orang tua)
•Menerima
tanggung jawab dan batasan (norma) keluarga
•Berusaha
membantu anggaran kalau sebagai individu atau kelompok
b.
Di lingkungan sekolah
•Bersikap
respek dan mentaati peraturan
•Berpartisipasi
dalam kegiatan-kegiatan sekolah
•Menjalin
persahabatan dengan teman sebaya
•Hormat
kepada guru, pemimpin sekolah atau staf lain
•Berprestasi
di sekolah
c.
Di lingkungan masyarakat
•Respek
terhadap hak-hak orang lain
•Menjalin
dan memelihara hubungan dengan teman sebaya atau orang lain
•Bersikap
simpati dan menghormati terhadap kesejahteraan orang lain
•Respek
terhadap hukum, tradisi dan kebijakan-kebijakan masyarakat.
c)
Aspek Emosi (Afektif)
Perkembangan aspek emosi berjalan konstan, kecuali pada masa
remaja awal (13-14 tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun) pada masa remaja awal
ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi rasa
bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam dirinya. Pada masa
remaja tengah rasa senang datang silih berganti dengan rasa duka, kegembiraan
berganti dengan kesedihan, rasa akrab bertukar dengan kerenggangan dan
permusuhan. Gejolak ini berakhir pada masa remaja akhir (18– 21 tahun). Pada
masa remaja tengah anak terombang-ambing dalam sikap mendua (ambivalensi) maka
pada masa remaja akhir anak telah memiliki pendirian, sikap yang relatif mapan.
Mencapai kematangan emosial merupakan tugas yang sulit bagi remaja.
Proses
pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya,
terutama lingkungan-lingkungan keluarga dan teman sebaya. Apabila lingkungan
tersebut kondusif maka akan cenderung dapat mencapai kematangan emosional yang
baik, seperti adolesensi emosi (cinta, kasih, simpati, senang menolong orang
lain, hormat dan menghargai orang lain, ramah) mengendalikan emosi (tidak mudah
tersinggung, tidak agresif, optimis dan dapat menghadapi situasi frustasi
secara wajar). Tapi sebaliknya, jika seorang remaja kurang perhatian dan kasih
sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya, maka cenderung
mengalami perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosional, sehingga remaja
bisa berealisi agresif (melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi, senang
mengganggu) dan melarikan diri dari kenyataan (melamun, pendiam, senang
menyendiri, meminum miras dan narkoba).
d)
Aspek Bahasa
Perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan
alat berkomunikasi baik alat komunikasi lisan, tulisan, maupun menggunakan
tanda-tanda dan isyarat. Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang,
baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan khususnya lingkungan teman sebaya
sedikit banyak lebih membentuk pola perkembangan bahasa remaja. Pola bahasa
remaja lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok
sebaya.
Pada
umumnya remaja akhir lebih memantapkan diri pada bahasa asing tertentu,
menggemari literatur yang mengandung nilai-nilai filosofis, etnis dan religius.
Penggunaan bahasa oleh remaja lebih sempurna serta perbendaharaan kata lebih
banyak. Kemampuan menggunakan bahasa ilmiah mulai tumbuh dan mampu diajak
berdialog seperti ilmuwan.
e)
Aspek Moral
Perkembangan moral pada remaja menurut teori Kohlberg
menempati tingkat III: pasca konvensional stadium 5, merupakan tahap orientasi
terhadap perjanjian antara remaja dengan lingkungan sosial. Ada hubungan timbal
balik antara dirinya dengan lingkungan sosial dan masyarakat. Pada tahap ini
remaja lebih mengenal tentang nilai-nilai moral, kejujuran, keadilan kesopanan
dan kedisiplinan. Oleh karena itu moral remaja harus sesuai dengan tuntutan
norma-norma sosial. Selain itu peranan orang tua sangat penting. Dalam membantu
moral remaja, orang tua harus konsisten dalam mendidik anaknya, bersikap terbuka
serta dialogis, tidak otoriter atau memaksakan kehendak.
f)
Aspek Agama
Pemahaman remaja dalam beragama sudah semakin matang,
kemampuan berfikir abstrak memungkinkan remaja untuk dapat mentransformasikan
keyakinan beragama serta mengapresiasikan kualitas keabstrakan Tuhan
C. CIRI-CIRI KEJIWAAN DAN PSIKOLOGI
PADA REMAJA
1.Usia remaja muda (11–15 tahun)
a)
Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai–nilai
hidup orang tuanya, sehingga sering menunjukkan sikap protes terhadap orang
tua. Mereka berusaha mencari identitas diri dan sering kali disertai dengan
menjauhkan diri dari orang tuanya. Dalam upaya pencarian identitas diri, remaja
cenderung melihat kepada tokoh–tokoh di luar lingkungan keluarganya, yaitu :
guru, figur ideal yang terdapat dalam film, atau tokoh idola.
b)
Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali. Perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi diri remaja.
c)
Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan dan
kebersamaan dengan kelompok seusia dalam upaya mencari kelompok senasib. Hal
ini tercermin dalam cara berperilaku sosial.
d)
Kemampuan untuk berfikir secara abstrak
Daya kemampuan berfikir seorang remaja mulai berkembang dan
dimanifestasikan dalam bentuk diskusi untuk mempertajam kepercayaan diri
e)
Perilaku yang labil dan berubah–ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah–ubah.
Pada suatu waktu tampak bertanggung jawab, tetapi dalam waktu lain tampak masa
bodoh dan tidak bertanggung jawab. Remaja merasa cemas akan perubahan dalam
dirinya. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri remaja terdapat konflik
yang memerlukan perhatian dan penanganan yang bijaksana.
2.Remaja
usia penuh (16–19 tahun)
a)
Kebebasan dari orang tua
Dorongan untuk menjauhkan diri dari orang tua menjadi
realitas. Remaja mulai merasakan kebebasan, tetapi juga merasa kurang
menyenangkan. Pada diri remaja timbul kebutuhan untuk terikat dengan orang lain
melalui ikatan cinta yang stabil.
b)
Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas
Sering kali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas
tertentu yang ditekuni secara mendalam. Terjadi pengembangan akan cita–cita
masa depan yaitu mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau langsung bekerja
untuk mencari nafkah.
c)
Pengembangan nilai moral dan etis yang mantap
Remaja mulai menyusun nilai–nilai moral dan etis sesuai
dengan cita – cita.
d)
Pengembangan hubungan pribadi yang labil
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil
menyebabkan terbentuknya kestabilan diri remaja.
e)
Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar
f)
Perubahan fisik, psikologi dan seksual pada remaja
Perubahan
psikologis
Pada
masa remaja perubahan kejiwaan terjadi lebih lambat dari fisik dan labil,
meliputi :
1.
Perubahan emosi ; sensitive (mudah menangis, tertawa, cemas dan
frustasi), mudah mudah bereaksi terhadap rangsangan dari luar, agresif sehingga
mudah berkelahi.
2.
Perkembangan intelegensia : mampu berpikir abstrak dan senang memberi
kritik , ingin mengetahui hal-hal baru sehinga muncul perilaku ingin mencoba
hal yang baru. Perilaku ingin mencoba ini sangat penting dalam kesehatan
reproduksi.
3.
Perubahan seksual remaja
Sejak
masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan pada
bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi. Pematangan
kelenjar pituitary berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja
mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa. Masa
remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan
fisik dan fungsi fisiologis. Kematangan seksual remaja ini menyebabkan
munculnya minat seksual dan keingintahuan remaja tentang seksual.
D. PENYIMPANG PSIKOLOGI YANG TERJADI
PADA MASA REMAJA
Penyimpangan
Remaja
Mussen
dkk, mendefinisikan penyimpangan remaja sebagai perilaku yang melanggar hukum
atau kejahatan yang biasanya dilakukan oleh anak remaja yang berusia 16-18
tahun, jika perbuatan ini dilakukan oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi
hukum. Hurlock (1973) juga menyatakan penyimpangan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut dapat
membuat seseorang individu yang melakukannya masuk penjara.
Menurut
Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku penyimpangan remaja dibagi
menjadi
empat, yaitu :
a.
penyimpangan terisolir (Delinkuensi terisolir)
Kelompok
ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal. Pada umumnya mereka tidak
menderita kerusakan psikologis.
b.
penyimpangan neurotik (Delinkuensi neurotik)
Pada
umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius,
antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan
berdosa dan lain sebagainya.
c.
penyimpangan psikotik (Delinkuensi psikopatik)
Delinkuensi
psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan
segi keamanan, mereka merupakan oknum criminal yang paling berbahaya.
d.
penyimpangan defek moral (Delinkuensi defek moral)
Defek
(defect, defectus) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,
kurang.
Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai
karakteristik umum
yang
sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup :
a. Perbedaan struktur
intelektual
Pada
umumnya inteligensi mereka tidak berbeda dengan inteligensi remaja
yang
normal, namun jelas terdapat fungsi- fungsi kognitif khusus yang berbeda
biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas
prestasi daripada nilai untuk ketrampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang
toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu
memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain
dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.
b. Perbedaan fisik dan psikis
Remaja
yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memiliki perbedaan ciri
karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja
normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya
bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi
fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang
bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau
anomali perkembangan tertentu.
c. Ciri karakteristik
individual
Remaja
yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti :
1)Rata-rata
remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang,
bersenang-senang
dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.
2).Kebanyakan
dari mereka terganggu secara emosional.
3).
Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak
mampu
mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab
secara
sosial.
4).Mereka
senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang
merangsang
rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko
dan
bahaya yang terkandung di dalamnya.
5).
Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.
6).
Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.
7).Kurang
memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi
Faktor-faktor
penyimpangan remaja menurut Santrock, lebih rinci
dijelaskan
sebagai berikut :
a.
Identitas
Menurut
teori perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson (Santrock, 1996) masa remaja
ada pada tahap di mana krisis identitas versus difusi identitas harus di
atasi.
b.Kontrol
diri
Kenakalan
remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol
diri yang cukup dalam hal tingkah laku.
c.
Usia
Munculnya
tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dengan penyerangan serius
nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku
seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan.
d.Jenis
kelamin
Remaja
laki- laki lebih banyak melakukan tingkah laku anti sosial daripada
perempuan.
e.
Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah
Remaja
yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap
pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat
untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah
cenderung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah.
f.
Proses keluarga
Faktor
keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya
dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak,
kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua
dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.
g.Pengaruh
teman sebaya
Memiliki
teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan meningkatkan risiko remaja untuk
menjadi nakal.
h.Kelas
sosial ekonomi
Ada
kecenderungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial
ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara
daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memiliki banyak
privilege diperkirakan 50 : 1 (Kartono, 2003). Hal
i.
Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
Komunitas
juga dapat berperan serta dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan
tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang
melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas
aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan
kemiskinan, pengangguran, dan perasaan tersisih dari kaum kelas menengah.
Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang
terorganisir adalah faktor- factor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan
dengan kenakalan remaja.
Berikut
ini contoh-contoh penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja :
1)
Berbohong
2)
Pergi keluar rumah tanpa pamit
3)
Keluyuran
4)
Begadang
5)
membolos sekolah
6)
Berkelahi dengan teman
7)
Hubungan sex diluar nikah
E. DESKRIPSI PSIKOLOGI
PADA MASA REMAJA
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin yang
berarti tumbuh menjadi dewasa, bangsa primitive demikian pula orang-orang pada
zaman purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan
periode-periode lain dalam rentang kehidupan, anak dianggap sudah dewasa
apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.
Secara
psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak sudah tidak merasa lagi dibawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek efektif, transformasi intelektual yang khas dari cara
berpikir remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan social
orang dewasa,
A.Ciri-ciri masa remaja
Bagi sebagian besar anak muda, usia diantara dua belas dan
enam vbelas tahun merupakan tahun kehidupan yang penuh dengan kejadian
sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Tak dapat disangkal, selama
kehidupan ini perkembangan berlangsung semakin cepat, dan lingkungan yang baik
semakin lebih menentukan, tetapi yang bersangkutan sendiri bukanlah remaja yang
memperhatikan perkembangan atau kurangnya berikutnya. Artinya apa yang telah
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi .
Ada
empat perubahan yang sama yang hamper bersifat unifersal.
1)
meningginya emosi, yang intensitasnya tergantung pada tingkat perubahan fisik
dan psikologis yang terjadi.
2)
perubahan tubuh, bagi remaja masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak
dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan dengan masalah yang dihadapi
sebelumnya.
(3)
perubahan minat.
4)
perubahan perilaku.
B. Tugas perkembangan pada
masa remaja
Semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada
penanggulangan sikap dan perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan
untuk menghadapi masa dewasa, tugas perkembangan pada masa dewasa menunbtut
perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku anak, akibatnya, hanya sedikit
anak lak-laki yang mampu dan hanya anak perempuanlah yang dapat
Sekolah
dan pendidikan tinggi menekankan perkembangan keterampilan intelektual dan
konsep yang penting bagi kecakapan social. Namaun, hanya sedikit remaja yang
mampu menggunakan ketrampilan dan konsep ini dalam situasi praktis. Mereka yang
aktif dalam pelbagai aktifitas ekstra kurikuler menguasai praktek yang demikian
ini, namun mereka yang tidak aktif karena harus bekerja setelah sekolah atau
karena tidak diterima oleh teman-teman, akhirnya mereka tidak memperoleh
kesempatan ini.
C. Keadaan emosi selama masa remaja
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai preode
“badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar. Oleh karena itu perlu dicari keterangan lain yang
menjelaskan ketegangan emosi yang sangat khas pada masa usia ini. Penjelasan
diperoleh dari kondisi social yang mengelilingi remaja masa ini, adapun
meningginya emosi terutama karena
D. Beberapa minat remaja
Minat rekreasi, meliputi : Permainan dan olah raga,
bersantai, bepergian, dansa, membaca, menonton film ,bercerita,
berkumpul, , melamun dan lain-lain.
Minat
social, meliputi : Pesta, minum-minuman keras, obat-obat terlarang,
E. Perubahan moral pada masa remaja
Menurut Kholberg, tahap perkembangan moral harus dicapai
selama masa remajatahap ini merupakan tahap menerima sendiri sejumlah prinsip
dan terdiri dari
1)
Individu yakin bahwa harus ada kelenturan dalam keyakinan moral sehingga
dimungkinkan adanya perbaikan dan perubahan setandart moral, apabila hal ini
bisa menguntukan anggota-anggota kelompok secara keseluruhan
2)
Individu menyesuaikan diri dengan standart sosial dan ideal yang
diinternalisasi lebih untuk menghindari hukuman terhadap diri sendiri daripada
sensor sosial. Dalam hal ini moralitas didasarkan pada rasa hormat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri seseorang
dalam rentang masa kanak-kanak sampai masa dewasa. Pada masa ini, pola pikir
dan tingkah laku remaja sangat berbeda pada saat masih kanak-kanak. Hubungan
dengan kelompok (teman sebaya) lebih erat dibandingkan hubungan dengan orang
tua. Teori-teori perkembangan remaja antara lain, teori psikoanalisa, teori
psikososial, teori kognitif serta teori tingkah laku dan belajar sosial. Tahap
perkembangan psikologi remaja dimulai dari fase psikologi praremaja, remaja
awal, dan remaja akhir. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja
antara lain, perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa
pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial,
remaja berfikir secara logis dan transisi sosial remaja mengalami perubahan
dalam hubungan individu dengan manusia lain. Sementara itu, ciri khas remaja
adalah hubungan dengan teman sebaya lebih erat, hubungan dengan orang tua penuh
konflik, keingintahuan seks yang tinggi, dan mudah stres.
Saran
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
menimbulkan berbagai konflik batin maupun psikis. Orang tua harus benar-benar
memahami konsekuensi perubahan pada remaja. Sementara itu, perawat dapat
dijadikan tempat konseling untuk remaja sebagaimana peran perawat dan sebagai
perawat yang menghadapi permasalahan remaja senantiasa memberikan bimbingan
atau konseling yang baik atau yang tidak memojokkan remaja tersebut dalam
masalah yang dihadapinya. Demikian makalah mengenai perkembangan remaja. Mohon
maaf,apabila makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,kritik dan saran
yang membangun sangat kami butuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhamad. Psikologi remaja.Bandung:Bumi Aksara,2005.
Darajath,
Zakiah. Peran Agama Dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1970
Ening
. Remaja, Problematika, Solusinya, Perkembangan Remaja, Masa Remaja.
Jakarta:Sinar Mas,2010
F.J.Monk
dkk. psikologi perkembangan,Yogyakarta:Gadjah Mada University
Press,2004
Hurlock,
Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga, 1980.
Hurlock,
Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan
Kehidupan, Jakarta :Erlangga, 1992.
Huston,
A.C.,Child Devlompment and Personality. New York : Harper and Row Publiser,1989
I,Muhamad.
Psikologi Remaja.Bandung :Bumi Aksara,2005.
Kartini
Kartono. Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali, 1989.
Kusmiran,
Eny. Kesehatan Reproduksi remaja dan Wanita. Bandung : Salemba Medika, 2011.
Mapiare.
Psikologi Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional,1984
Mari’at,
Samsunuwiyati. Psikologi Perkembangan. Bandung :Remaja Rosda Karya,2005.
Muhibbin
Syah. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya, 1997.
Sunaryo.
Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta:EGC,2004.
Pigaet.
The Construction of Reality in the Child. New York: Inc ,2001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar